Minggu

Makalah Tanda Baca

MAKALAH
Tanda Baca
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
                                                                    









Disusun Oleh :
SOENOKO, S.Kom





BAB I
PENDAHULUAN


Simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang merupakan pengertian dari Tanda Baca. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda seru, tanda tanya, tanda petik, petik tunggal, kurung, kurung siku, garis miring, ellipsis, dan penyingkat.




















BAB II
PEMBAHASAN

Tanda baca disebut juga dengan istilah pungtuasi. Pungtuasi yaitu tanda yang dipakai dalam bagian kalimat tertulis, dibuat berdasarkan unsur suprasegmental dan hubungan sintaksis. Unsur suprasegmental yaitu unsur bahasa yang kehadirannya bergantung kepada kehadiran  segmental. Unsur ini terdiri atasa tekanan keras, tekanan tinggi (nada), dan tekanan panjang.
Tanda baca yang akan dibicarakan adalah: titik, koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda seru, tanda tanya, tanda petik, petik tunggal, kurung, kurung siku, garis miring, ellipsis, dan penyingkat.

1.        Tanda Titik (.)
Tanda titik atau perhentian akhir biasanya dengan (.)
a.    Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Ayahku tinggal di Solo.
Hari ini tanggal 2 Februari 1990.
b.    Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
K.H.M. Sodikin                              Muh. Irvan Hilmi M.
Dr. Edi Sudrajat                             K.H.E.Z. Mustofa
A.A. Navis                                     A.H. Nasution
A.S. Kramawijaya                          Ny. Eha Zulaeha
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Prof.         Proferos                          S.H.     Sarjana Hukum
Dr.            Doktor                           Drs.     Doktorandus
S.S.           Sarjana Sastra                Sdr.     Saudara
Kol.           Kolonel                         St.        Sutan
Rd             Raden                            Kep.    Kepada
c.     Tanda titk dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
a. n.             atas nama                                d.a.      dengan alamat
u.b.                         untuk beliau                            y.i.       yang lalu
dkk.                        dan kawan-kawan                   dll.       dan lain-lain
ibid.                        ibidem                                     jln.       jalan

d.      Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam satu bagian ikhtisar atau daftar.
Contoh :
III. Departemen dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B.  Direktorat Jenderal Agraria
Penyiapan Naskah:
1.      Patokan Umum
1.1                  Isi Karangan
1.2                  Ilustrasi
1.2.1            Gambar tangan
1.2.2            Tabel
1.2.3            Grafik
e.       Tanda titk dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Contoh:
Pukul 1.24.30 (pukul 1 lewat 24 menit 34 detik)
Pukul 12.40.35 (pukul 12 lewat 40 menit 35 detik)
f.       Tanda titk dipakai memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan angka waktu.
Contoh:
2.40.45 jam (2 jam, 40 menit, 45 detik)
12.30.30 jam (12 jam, 30 menit, 30 detik)
                                                      
g.      Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukan jumlah.
Contoh:
Ervi N. Lahir pada tahun 1974 di Bandung
h.      Tanda titik tidak dipakai pada singkatan yang terdiri atsa huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintahan, lembaga-lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat didalam karonim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
TNI             (Tentara Nasional Indonesia)
UIN                        (Universitas Islam Negeri)
SMA           (Sekolah Menengah Atas)
UUD          (Undang-Undang Dasar)
DPR           (Dewan Perwakilan Rakyat)
WHO          (World Health Organization)
Depag         (Departemen Agama)
Sekjen         (Sekretaris Jendral)
Ormas         (Organisasi massa)
Hansip        (Pertahanan sipil)
Rudal          (Peluru Kendali)
Tilang         (Bukti Pelanggaran)
i.        Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran timbangan, dan mata uang.
Contoh:
Kg              (kilogram)
Rp               (Rupiah)
cm               (sentimeter)
Na               (Natrium)
Ca               (kalsium)
j.        Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi table.
Contoh:
Di Bawah Lindungan Kabah
Pengajarn Fiqih di IAIN SGD Bandung
k.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat, atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

2.         Tanda Koma (,)
Koma atau perhentian antara yang menunjukan suara menaik di tengah-tengah tutur biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Di samping untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai dalam ketentuan sebagai berikut:
a.    Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya membeli kertas, pensil, dan tinta.
Fajar, Zaki, dan Sri Puspa sedang membaca komik.
b.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Bukan dia yang bersalah, melainkan anaknya.
Saya tidak menyuruh bekerja, tetapi beristirahat.
c.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat.
Contoh:
Kalau ada waktu, ayahku pasti datang.
Karena kekurangan biaya, dia tidak melanjutka kuliah.
Walaupun sangat sibuk, saya sempatkan mengunjunginya.
Seandainya ada uang, saya ingin berkurban pada bulan Zulhijjah tahun ini.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat pabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
Saya lupa akan janji karena sibuk.
Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting.
Kamu pasti lulus ujian kalau rajin belajar.
d.   Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena,itu, jadi, lagi pula, meskipun demikian, akan tetapi, meskipun begitu, dan namun.
Contoh:
Lagi pula, mengapa engkau harus mencampuri urusan itu.
Akan tetapi, kita harus benar-benar memperhatikan mereka.
Meskipun begitu, kami tidak merisaukan mereka.
e.    Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Ya, nasibnya sudah begitu!
Wah, bukan main!
Aduh, sampai hati kamu memaki-maki pamanmu!
Kasihan, sakitnya sudah lama sekali!
f.     Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata Ibu, “Saya gembira sekali”.
“Duduklah!” perintahnya.
“Insya Allah semua amanat Ayah akan ananda perhatikan,“ katanya.
“Semoga Anda selamat dalam perjalanan”, begitulah doa yang terdengar dari mulutnya.
“Kamu tidak bekerja?” tanyanya
g.    Tanda koma dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2) tempat dan tanggal, dan (3) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Sdr. Lutfi Sya’ban, Jalan Prabumulih 1, Bandung
Bandung, 15 Februari 1992
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Tarbiyah UIN SGD Bsndung, Jalan A.H. Nasution 105 Bandung
h.    Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka
Contoh:
Bloomfield, Leonard, 1995, Language. London: George Allah & unwin Ltd.
Broto, A.S. 1980. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua di SD derdasarkan pendekatan linguistik Kontratif, Jakarta; Bulan Bindang
i.      Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
Contoh:
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Jakarta, Eresco, 1968.
j.      Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama keluarga atau marga.
Contoh:
Dra. Ervi Nurazizah M.
dr. Sari Puspa Aeni, M.Kes.
k.    Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan  di antara rupiah dan  dalam bilangan.
Contoh:
17,24 m                   18,30 m
23,78 kw                 7,13 cc
Rp 123,45               Rp 15.132,15
l.      Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan oposisi.
Contoh:
Guru saya Pak Ahmad, pandai sekali.
Bapak saya, yang telah berusia 80 tahun, masih sehat.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki makan sirih.
m.  Tanda koma tidak dipakai unutk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat, apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan mendahului bagian lain dalam kalimat tiu.
Contoh:
“Dimana saudara tinggal?” Tanya Karim.
“Saya tidak mau datang!?” Jawabnya tegas.

3.         Tanda Titik Koma (;)
Fungsi titik koma sebenarnya terletak antara titk dan koma. Di satu pihak orang lain ingin melanjutkan kalimatnya dengan bagian-bagian kalimat berikutnya, akan tetapi, di pihak lain dirasakan bahwa bagian kalimat sudah dapat diakhiri dengan sebuah titik. Sebab itu, titik koma dilambangkan dengan sebuah titik di atas sebuah koma (;)
a.    Tanda titk koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat sejenis dan setara.
Contoh:
Mukanya bersinar; hatinya berdebar-debar; dia yakin akan lulus.
Malam makin larut; kami belum seleai juga.
b.    Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghapalkan nama-nama pahlawan nasional.
Para petani giat bekerja; anak-anaknya bermain layang-layang; ibunya mempersiapkan makanan dan minuman.
Berdasarkan contoh di atas, kita mengetahui titik koma merupakan sebuah perhentian yang lebih lama dari koma. Mempergunakan titik koma akan terhindar dari kesalahan:
a)         berhenti secara tiba-tiba pada suatu rangkaian kalimat-kalimat pendek yang terpisah dan diakhiri dengan titik biasa;
b)        menghilangkan kejemuan dari suatu kalimat panjang, yang dirangkaikan dengan kata dan atau kata sambung yang lain; dan
c)         menghindari kekaburan dari sebuah kalimat yang berbelit-belit yang dipisahkan oleh sebuah koma saja.

4.      Tanda Titik Dua (:)
Titik dua yang biasanya dilambangkan dengan tanda (:) biasanya dipergunakan dalam hal-hal berikut:
a.    Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b.    Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua                : Moch. Achyar
Sekretaris          : Tati Suryati
Bendahara        : Noviana Pertiwi
c.    Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Ayah           : “Karyo, sini kamu!”
Karyo          : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
Ayah           : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
d.   Tanda titk dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Contoh:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusa Ekonomi Umum dan jurusa Ekonomi Perusahaan.
e.    Tanda titik dua dipakai (1) di antara jilid atau nomor dalam halaman, (2) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (3) di antara judul suatu karangan.
Contoh:
(1)   Mimbar studi, XVII (1978), 5:45
Tempo, I (1971), 34:7
(2)   Surat Yasin: 10
(3)   Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: sebuah studi sudah terbit.

5.         Tanda Hubung (-)
a.    Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
Walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut.
Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya.

b.    Tanda hubung dipakai untuk menyambung awal dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris.
Contoh:
Cara baru meng-
ukur panas.
Perjalan-
an ini sangat menyedihkan.


c.    Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
Anak-anak                          kupu-kupu
berulang-ulang                    kemerah-merahan
mondar-mandir                   sayur-mayur
d.   Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf dalam kata yang dieja, memisahkan tanggal, bulan, dan tahun yang menggunakan angka, dan kata yang dipecah berdasarkan sukunya.
Contoh:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
meng-a-khir-kan
e.    Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Contoh, bandingkanlah:
gu-lai                       dengan                        gu-la-i
ber-evolusi              dengan                        be-revolusi
f.     Tanda hubung dipakai untuk merangkai
1.    se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
2.    ke-dengan angka
3.    angka dengan-an
4.    singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata
Contoh:
se-Jawa Barat
hadiah ke-3
SIM-nya
g.    Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-smash
pen-tackle-an

6.      Tanda Pisah (–)
a.    Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh:
Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b.    Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Rangkaian temuan ini –evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom– telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c.    Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contoh:
2004–2009
tanggal 1–10 Mei 2007
Jakarta–Bandung

7.      Tanda Seru (!)
a.    Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
Contoh:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!
b.    Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!

8.      Tanda Tanya (?)
a.    Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b.    Tanda tanya dipakai bersamaan dengan tanda seru untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Uang sebanyak 10 juta rupiah hilang?!
Pengarang itu lahir tahun 1905 dan meninggal 1977?!

9.      Tanda Petik (“)
a.    Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Contoh:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
b.    Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
c.    Tanda petik mengapit istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara  “coba dan ralat” saja.
Istilaah kata “Asyik” dapat menimbulkan makna yang berbeda.
d.   Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
Kata Tono, “Saya juga minta satu”.
e.    Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau  ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
Contoh:
Karena warna kulitnya, budi mendapat julukan “si Hitam”





10.     Tanda Petik Tunggal (‘....’)
a.    Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
b.    Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
Feed-back berarti ‘balikan’.

11.     Tanda Kurung ((    ))
a.    Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
b.    Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
c.    Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
d.   Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.



12.     Tanda Kurung Siku ([   ])
a.    Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Contoh:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
b.    Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

13.     Tanda Garis Miring ( / )
a.    Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
b.    Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Contoh:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam


14.     Tanda ellipsis (...)
a.    Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Contoh:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
b.    Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contoh:
... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
Ibu baru pulang dari....

15.     Tanda Penyingkat (Apostrof)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tanda baca disebut juga dengan istilah pungtuasi. Pungtuasi yaitu tanda yang dipakai dalam bagian kalimat tertulis, dibuat berdasarkan unsur suprasegmental dan hubungan sintaksis. Unsur suprasegmental yaitu unsur bahasa yang kehadirannya bergantung kepada kehadiran  segmental. Unsur ini terdiri atasa tekanan keras, tekanan tinggi (nada), dan tekanan panjang.
Macam-macam tanda baca antara lain tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda seru, tanda tanya, tanda petik, petik tunggal, kurung, kurung siku, garis miring, ellipsis, dan penyingkat.
Yang semuanya sudah dibahas pada bab sebelumnya.














DAFTAR PUSTAKA

        Tim Pusat Bahasa UIN SGD-Bandung. 2010. Kaidah dan Pelatihan Bahasa Indonesia, Bandung. CV. Insan Mandiri






KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini  Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada seorang revolusioner Islam yakni Habibana Wanabiyana Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan  terima kasih penulis ucapkan atas dukungan teman-teman dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. karena berkat mereka saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun  dari semua pihak demi perbaikan makalah berikutnya.  Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.  Amin.


Sukabumi, Oktober 2011

Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
  1. Tanda Titik (.)...................................................................................................... 2
  2. Tanda Koma (,).................................................................................................... 5
  3. Tanda Titik koma (;)............................................................................................ 8
  4. Tanda Titik dua (:)............................................................................................... 9
  5. Tanda Hubung (-)................................................................................................ 10
  6. Tanda Pisah (–).................................................................................................... 11
7.      Tanda Seru (!)...................................................................................................... 11
8.      Tanda Tanya (?) .................................................................................................. 12
9.      Tanda Petik (“) .................................................................................................... 13
10.  Tanda Petik Tunggal (‘....’) ................................................................................. 14
11.  Tanda Kurung ((    )) ........................................................................................... 14
12.  Tanda Kurung Siku ([   ]) .................................................................................... 15
13.  Tanda Garis Miring ( / ) ....................................................................................... 15
14.  Tanda ellipsis (...) ................................................................................................ 15
15.  Tanda Penyingkat (Apostrof).............................................................................. 16
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 17
Kesimpulan ............................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18






2 komentar:

  1. Bro kalau bikin post gak bisa di copy buang aja kelaut blog nya

    BalasHapus
  2. Makasih kk
    atas makalah nya
    setelah saya ngambil makalah disini
    saya dapat nilai -E

    BalasHapus